Manajemen Rantai Suplai
(Supply Chain
Management)
A. Latar
Belakang
Pelaku
industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan
cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur adalah tidak cukup. Peran
serta supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah
dibutuhkan.Kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat dan berkualitas
inilah yang melahirkan konsep baru tahun 1990-an yaitu Supply Chain
Manajement ( SCM )
B. Pengertian
·
Supply Chain
Rantai suplai atau supply chain adalah
jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk
menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko
atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik.
·
Supply Chain Management
Rantai suplai manajemen (supply chain
management) adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaannya. Namun perlu
ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi
dengan dasar semangat kolaborasi.
Menurut
Kalakota (2000, h198) Manajemen Rantai Suplai adalah koordinasi dari bahan,
informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen
rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga
penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah
dipakai.
·
Arus material melibatkan arus produk
fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus
balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.
·
Arus informasi meliputi ramalan
permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua
arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.
·
Arus keuangan meliputi informasi kartu
kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan
pengiriman.
Menurut
Turban, Rainer, Porter (2004, h321), terdapat 3 macam komponen rantai suplai,
yaitu:
o
Rantai Suplai Hulu (Upstream Supply
Chain)
Bagian
upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu
perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para
penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada
beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang,
pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama
adalah pengadaan.
o
Manajemen Internal Rantai Suplai (Internal
supply chain management)
Bagian
dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke
dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam
organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
o
Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream
Supply Chain Segment)
Downstream
(arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman
produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian
diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
Menurut
Chopra and Meindl (2007, 20), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun
melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang.
Disamping itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari
setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan
keuntungan.
C. Hal
yang Harus Dikelola dalam Supply Chain Management
Menurut
Muh. Alfatih Hendrawan, ST, Ada 3 macam hal yang harus dikelola dalam supply
chain yaitu :
·
Aliran barang dari hulu ke hilir,
contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi
selesai dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir.
·
Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir
dari hilir ke hulu.
·
Aliran informasi yang bisa terjadi dari
hulu ke hilir atau sebaliknya.
D. Aktifitas Supply Chain Management
Manajemen rantai suplai ialah
pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan
material mentah ke dalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi
keluar organisasi menuju konsumen akhir.Secara garis besar, fungsi manajemen
ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan
pengembangan rantai suplai. Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke
tingkat :
·
Strategi :
o
Optimalisasi jaringan strategis,
termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
o
Rekanan strategis dengan pemasok suplai,
distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat
penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan
langsung dan logistik orang ketiga
o
Rancangan produk yang terkoordinasi,
jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai
suplai,manajemen muatan
o
Keputusan dimana membuat dan apa yang
dibuat atau beli
o
Menghubungkan strategi organisasional
secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai.
·
Taktis :
o
Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran
lainnya
o
Pengambilan Keputusan produksi, termasuk
pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
o
Pengambilan keputusan inventaris,
termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
o
Strategi transportasi, termasuk
frekuensi, rute, dan pengontrakan
o
Benchmarking
atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan
implementasi dari cara terbaik
diseluruh perusahaan
o
Gaji berdasarkan pencapaian.
·
Operasional :
o
Produksi harian dan perencanaan distribusi,
termasuk semua hal di rantai suplai
o
Perencanaan produksi untuk setiap
fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit)
o
Perencanaan permintaan dan prediksi,
mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi
dengan semua pemasok
o
Perencanaan pengadaan, termasuk
inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan
semua pemasok
o
Operasi produksi, termasuk konsumsi
material dan aliran barang jadi (finished goods)
o
Operasi outbound, termasuk semua
aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
o
Pemastian perintah, penghitungan ke
semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok,
fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
E. Area
Cakupan Supply Chain Management
Apabila
mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-keiatan utama yang masuk
dalam klasifikasi SCM adalah :
-
kegiatan merancang produk baru (product development )
-
kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)
-
kegiatan merencanakan produksi dan persediaan
( planning and control )
-
kegiatan melakukan produksi ( production )
- kegiatan melakukan pengiriman ( distribution )
Bagian
|
Cakupan
kegiatan antara lain
|
Pengembangan
Produk
|
Melakukan
riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk
baru
|
Pengadaan
|
Memilih
supplier mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan
komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan
supplier
|
Perencanaan
dan Pengendalian
|
Demand
planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi
dan persediaan
|
Produksi
|
Eksekusi
produksi, pengendalian kualitas
|
Distribusi
|
Perencanaan
jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di riap pusat
distribusi
|
·
Pengembangan Produk
Sangat penting terutama bagi industri inovatif
seperti industri garmen, komputer, elektronik, packaging, dsb. Hal ini
dikarenakan product life cycle-nya pendek.
Menghasilkan sebuah rancangan produk bisa memakan
waktu dan biaya yang sangat besar, padahal disisi lain perusahaan dituntut
untuk bisa menghasilkan rancangan dalam waktu cepat dan biaya yang murah. Dalam
merancang perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal :
ü Pertama,
aspirasi atau keinginan pelanggan, oleh karena itu dibutuhkan riset pasar yang
memadai.
ü Kedua,
produk yang dirancang harus mencerminkan ketersediaan dan sifat-sifat bahan
baku. Dalam praktek SCM modern, melibatkan supplier adalah kunci dalam proses
perancangan produk baru.
ü Ketiga,
fasilitas produksi yang akan dimiliki atau dibangun, jadi aspek manufacturability
perlu dipertimbangkan.
ü Keempat,
produk yang dirancang harus sedemikian rupa sehinga kegiatan pengiriman mudah dilakukan
dan tidak menimbulkan biaya-biaya persediaan yang berlebihan disepanjang
suppply chain.
ü Kelima,
aspek lingkungan, dituntut rancangan yang ramah lingkungan dan mudah didaur
ulang.
·
Pembelian / Pengadaan (Procurement)
Dituntut mempunyai keahlian bernegosiasi, memiliki
kemampuan untuk menerjemahkan strategis perusahaan ke dalam system pemilihan
dan evaluasi supplier. Tugas rutinnya adalah melakukan pembelian bahan baku,
komponen, jasa dsb.
Diharapkan dapat menciptakan kolaborasi jangka
panjang dengan supplier-supplier relevan, melibatkan mereka dalam perancangan
produk baru, mengevaluasi supply risk dan sebagainya.
·
Perencanaan dan Pengendalian
Bagian ini bertugas untuk menciptakan koordinasi
taktis maupun operasional sehingga kegiatan produksi, pengadaan material,
maupun pengiriman produk bisa dilakukan dengan efisien dan tepat waktu.
Koordinasi yang dilakukan tidak hanya di internal
tapi dalam supply chain, misal menentukan berapa banyak produk akan diproduksi,
informasi tentang data penjualan terakhir di tingkat ritel serta berapa banyak
stock produk yang masih mereka miliki adalah penting bagi pabrik.
Bahkan ritel dengan perusahaan saling koordinasi
untuk menentukan rencana produksi jangka menengah atau pendek ( P&G, Sara
Lee, K-Mart, Warner Lambert)
·
Produksi
Bagian ini bertugas secara fisik melakukan
transformasi dari bahan baku, bahan setengan jadi atau komponen menjadi produk
jadi. Kegiatan produksi dalam konteks SCM tidak harus dilakukan dalam
perusahaan.
Banyak perusahaan melakukan outsourcing yaitu
memindahkan kegiatan produksi ke pihak subkontraktor, sementara perusahaan
konsentrasi ke kegiatan yang menjadi core competency mereka. Contoh
perusahaan sepatu Nike. Dalam kegiatan produksi, konsep lean manufakturing yang
mementingkan efisiensi dan agile manufacturing
yang menekankan pada fleksibilitas dan ketangkasan merespon perubahan
adalah dua hal yang penting.
·
Distribusi / Pengiriman
Tugas dalam lingkup supply chain adalah mengirim
produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada waktu dan tempat yang
tepat. Aktivitas ini dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan atau diserahkan ke
perusahaan jasa transportasi.
Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus
merancang jaringan distribusi yang tepat dengan mempertimbangkan aspek biaya,
aspek fleksibilitas dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan.
C. Tahap
Evolusi Supply Chain Management
·
Tahap 1
Dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak-
saling-tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan
program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-
complete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya
memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.
complete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya
memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.
·
Tahap 2
Dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari
pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas,
yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi
dengan inventory control dan functional integration yang lain.
·
Tahap 3
Dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan
atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).
·
Tahap 4
Dalam tahap 4
menggambarkan tahap sebenarnya dari suplly chain integration, yaitu integrasi
total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (manajemen) yang
telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan keupstreams yaitu suppliers dan downsterams
sampai ke pelanggan.
Evolusi SCM yang telah mencapai tahap
keempat tersebut menunjukkan suatu integrasi yang menyeluruh di antara seluruh
komponen terkait sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Strategi
kemitraan dapat digunakan untuk mewujudkan kelancaran arus pasokan material
dari pemasok sampai distributor hingga ke tangan konsumen. Dengan startegi
kemitraan maka perlu mengembangkan komunikasi di antara semua pihak terkait,
sehingga komunikasi arus informasi maupun data yang dibutuhkan akan lebih
lancar.
D. Manfaat
Supply Chain Management
Secara umum penerapan konsep SCM dalam
perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan,
meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin
tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.
1. Kepuasan
pelanggan.
Konsumen atau pengguna produk
merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang
dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini
tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan
konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang
disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan
pendapatan.
Semakin banyak konsumen yang setia
dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan
perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan
‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya
biaya.
Pengintegrasian aliran produk dari
perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur
distribusi.
4. Pemanfaatan
asset semakin tinggi.
Aset terutama faktor manusia akan
semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana
yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.
5. Peningkatan
laba.
Dengan semakin meningkatnya jumlah
konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan
laba perusahaan.
6. Perusahaan
semakin besar.
Perusahaan yang
mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan
menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
Keenam manfaat yang sudah
dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat tidak langsung. Secara
umum, manfaat langsung dari penerapan SCM bagi perusahaan adalah :
1. SCM
secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan
mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi
produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan
penggunaan dari seluruh sumber daya yang dimilki dalam sebuah proses
transformasi yang terkendali, untuk memberikan nilai pada produk yang
dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada
konsumen yang dibidik.
2. SCM
berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai
suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal
ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan SCM, pemasaran
dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang diminati konsumen.
Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut produk yang
diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada perancang produk.
Apabila seleksi rancangan produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka
produk dapat diproduksi. Sehingga SCM akan berperan dalam memberikan manfaat
seperti point 1 tersebut.
E. Tantangan
dalam Mengelola Supply Chain Management
Tantangan
dalam mengelola SCM dilihat dari segi lingkungan, yaitu :
1.
Lingkungan
makro dan eksternal.
ü Inflasi
ü Persaingan di tingkat global
ü Perkembangan teknologi
ü Masalah infrastruktur (birokrasi yang rumit)
2.
Lingkungan
mikro ( Perusahaan )
1.
Pengukuran kinerja yang tidak
terdefinisikan dengan baik
2.
Customer service
tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran terhadap kelambatan
respon dalam pelayanan, dan sebagainya.
3.
Status data pengiriman yang tidak akurat
dan sering terlambat.
4.
Sistem informasi tidak efisien.
5.
Dampak ketidakpastian diabaikan.
6.
Kebijakan inventori terlalu sederhana,
faktor-faktor ketidakpastian tidak diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan
tersebut, kadang-kadang terlalu statis dan generik.
7.
Diskriminasi terhadap internal customer.
Prioritasnya rendah, service levelnya tidak terukur, sistem insentifnya tidak
tepat.
8.
Koordinasi antar aktivitas suplai,
produksi, dan pengiriman tidak bagus.
9.
Analisis metode-metode pengiriman tidak
lengkap, tidak ada pertimbangan efek persediaan dan waktu respon.
10.
Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak
tepat.
11.
Ada kendala komunikasi antar organisasi.
12.
Perancangan produk maupun proses tidak
memperhitungkan konsep supply chain.
13.
Perancangan dan operasional supply chain
dibuat secara terpisah.
14. Supply
chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja. Untuk
mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan
perbaikan dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut,
baru kemudian membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di
lingkungan eksternal. Satu hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan
untuk penerapan SCM adalah mengelola informasi dalam sebuah sistem yang harus
mendukung proses pengambilan keputusan di wilayah penerapan SCM.
Sedangkan
menurut Muh. Alfatih Hendrawan, ST. tantangan dalam mengelola SCM, yaitu :
·
Tantangan 1
: Kompleksitas struktur Supply Chain
Adanya kompleksitas yang melibatkan internal
perusahaan maupun eksternal perusahaan.
Internal perusahaan contoh : antara bagian marketing
dengan produksi, marketing seringkali membuat kesepakatan dengan pelanggan
tanpa mengecek secara baik kemampuan produksi, perubahan jadual produksi secara
tiba-tiba karena marketing menyepakati perubahan order dengan pelanggan. Disisi
lain bagian produksi sering resistant dengan perubahan mendadak.
Dengan eksternal misalnya antara
supplier yang menginginkan pemesanan produknya jauh-jauh hari sebelum waktu
pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak berubah. Supplier juga
menginginkan pengiriman segera setelah produksinya selesai.
Disisi lain perusahaan menghendaki fleksibilitas
yang tinggi dengan mengubah jumlah, spesifikasi maupun jadual pengiriman bahan
baku yang dipesan. Perusahaan juga menginginkan supplier menggunakan JIT yaitu
mengirimkan produk dalam waktu yang tepat dan kuantitasnya kecil-kecil. Kompleksitas
yang lain adalah dalam pembayaran, budaya dan bahasa.
·
Tantangan 2
: Ketidakpastian
Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri
terhadap rencana yang dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan
pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa safety stock,
safety time, atau kapasitas produksi maupun transportasi.
Sumber
ketidakpastian yaitu :
3. ketidakpastian
pembeli,
4. ketidakpastian
dari supplier yaitu terkait dengan pengiriman, harga, kualitas maupun
kuantitas,
5. ketidakpastian
internal yang bisa disebabkan kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak
sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun kualitas produksi
F. Prinsip-Prinsip
Supply Chain Management
Prinsip terpenting yang harus
diperhatikan dalam sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah supply chain adalah
menciptakan hasil yang lebih besar, tidak hanya bagi tiap anggota rantai tetapi
bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi dari prinsip ini membutuhkan
perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya
kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen supply
chain yang kompleks ke arah yang sama.
Anderson,
Britt & Frave (1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk membantu para manajer
dalam merumuskan strategi pelaksanaan SCM, yaitu:
1. Segmentasi
pelanggan berdasarkan kebutuhannya.
2. Sesuaikan
jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.
3. Dengarkan
signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan
kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten
dan alokasi sumber daya yang optimal.
4. Diferensiasi
produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya di
sepanjang rantai supply.
5. Kelola
sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan dari
material maupun jasa.
6. Kembangkan
strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang mendukung pengambilan
keputusan berhirarki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk,
jasa, maupun informasi.
7. Mengadakan
pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan dengan maksud
untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir
Said
(2006) mengemukakan bahwa Supply Chain Management adalah pengelolaan
informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen
paling akhir dengan menggunakan pendekatan system yang terintegrasi dengan
tujuan yang sama. Berdasarkan itu, maka prinsip dasar Supply Chain
Management ada 5 hal, yaitu :
1. Prinsip
Integrasi
Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian Supply
Chain Management berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari
adanya saling ketergantungan.
2. Prinsip
Jejaring
Artinya semua
elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.
3. Prinsip
Ujung ke Ujung
Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok
yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
4. Prinsip
Saling Tergantung
Setiap elemen dalam Supply Chain Management
menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang
saling menguntungkan.
5. Prinsip
Komunikasi
Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material.
G. Persyaratan
Penerapan Supply Chain Management
1. Dukungan
manajemen
Manajemen
semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai
dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai
pengendalian.
2. Pemasok
Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak
kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan
evaluasi pemasok. Evaluasi
pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari
satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi
pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material.
Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi
pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):
a) Keadaan
umum pemasok
a. Ukuran
atau kapasitas produksi
b. Kondisi
finansial
c. Kondisi
operasional
d. Fasilitas
riset dan desain
e. Lokasi
geografis
f.
Hubungan dagang antar industry
b) Keadaan
pelayanan
a. Waktu
penyerahan material
b. Kondisi
kedatangan material
c. Kuantitas
pemesanan yang ditolak
d. Penanganan
keluhan dari pembeli
e. Bantuan
teknik yang diberikan
f.
Informasi harga yang diberikan
c) Keadaan
material
a. Kualitas
material
b. Keseragaman
material
c. Jaminan
dari pemasok
d. Keadaan
pengepakan (pembungkusan)
Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat
kepentingan) yang terbesar diberikan pada kriteria keadaan material, karena
keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi produksi dan operasi
khususnya kualitas produk. Selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap
indikator dan dihitung total skor-nya.
3.
Distributor
Sebagai perantara produk perusahaan sampai ke tangan
konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu
perusahaan adalah bagaimana menyajikan
jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen (Sitaniapessy,
2001). Satu kunci yang penting dalam mengelola saluran distribusi adalah
menentukan berapa banyak saluran distribusi yang dikembangkan serta membentuk
suatu pola kemitraan yang menunjang pemasaran suatu produk dalam area pemasaran
tertentu.
4.
Transparansi
arus informasi.
Untuk dapat mendukung arus informasi yang transparan dari seluruh
mata rantai yang terlibat dalam SCM diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui
kemitraan dan kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database.
Konsep database yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya
kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat, melainkan data
tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut :
1.
Ketersediaan,
kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan kemudahan akses.
2.
Kemampuan
dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait
3.
Kemampuan
data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif
4.
Jumlah
data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan data yang harus
menyesuaikan jumlah data)
5. Konsistensi
dan validitas data
H. Perkembangan
Terbaru dalam Supply Chain Management
Agar perusahaan selalu dapat memimpin
dalam berkompetisi di pasaran, cara-cara baru yang lebih inovatif perlu
ditemukan atau dikembangkan. Seiring dengan menyebarnya konsep-konsep SCM di
dunia industri baik industri manufaktur atau jasa. Konsep-konsep yang lebih
canggih yang merupakan pengembangan dari SCM bermunculan. Konsep-konsep
tersebut antara lain:
1. Just
In Time (JIT)
Prinsip
ini menekankan pada kemitraan yang erat antara perusahaan dengan pemasoknya,
dan pemasok akan memiliki wakil di perusahaan yang disuplainya. Wakil tersebut
berfungsi menggantikan peran bagian pembelian di perusahaan pembeli. Atas nama
perusahaan pembeli, wakil tersebut akan membuat order pembelian ke
perusahaannya berdasarkan rencana produksi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan pembeli. Praktek ini memungkinkan kedua belah pihak untuk
merundingkan rencana-rencana produksi maupun pembelian sehingga menguntungkan
kedua belah pihak. Perusahaan pembeli akan lebih mudah menegosiasikan jadwal
pengiriman karena wakil tadi sewaktu-waktu bisa ditemui di perusahaannya.
Demikian pula wakil tadi akan lebih banyak memberikan masukan tentang kemampuan
perusahaannya untuk memasok kebutuhan material atau bahan baku yang dibutuhkan
perusahaan pembeli.
2. Vendor
Managed Inventory (VMI)
Adalah
merupakan salah satu variasi dari JIT II. Konsep ini banyak digunakan oleh para
pemasok yang mensuplai bisnis retail. Selama ini pihak retail yang berkewajiban
membuat order pembelian untuk menjaga kelangsungan persediaan dari setiap item
yang terjual. Pada VMI kebalikannya, justru pemasoklah yang berkewajiban untuk
menentukan kapan dan berapa jumlah suatu item harus dikirim ke retailnya,
berdasarkan informasi tingkat penjualan dan ketersediaan stock yang ada
di retail tersebut. Pada VMI pertukaran informasi yang lancar sangat
diperlukan. Pemasok akan mampu membuat keputusan yang baik, apabila informasi
tingkat kebutuhan maupun tingkat persediaan yang dimiliki pihak retail bisa
diakses dengan mudah.
3. Global
Pipeline Management (GPM)
Konsep ini
didasarkan pada teori kontrol di mana aliran material atau produk akan optimal
bila dikontrol dari satu titik. Aliran material atau produk pada konsep GPM
hendaknya dikendalikan oleh satu pihak atau chanel dalam supply chain,
yang lain mengikuti dan mendukung dengan memberikan informasi yang diperlukan.
I. Aplikasi Internet dalam Konteks Supply Chain
Management
Aplikasi
internet dalam konteks Supply Chain Manajement yaitu :
1. Electronic
Procurement
Salah satu model pengadaan yang
mendukung hubungan jangka pendek adalah e-Auction yaitu suatu aplikasi untuk
mendukung kegiatan lelang yang dilakukan secara elektronik. Pada model ini
pembeli bisa mengundang beberapa calon supplier untuk menawarkan harga atas
produk dengan spesifikasi dan jumlah tertentu dalam waktu yang telah
ditentukan. Supplier dengan harga rendah yang akan dianggap menang. Proses
lelang ini dilakukan dengan media Internet.
2. Electronic
Fulfilement
Fulfilement
adalah pemenuhan pesanan pelanggan. Mulai dari menerima order dari pelanggan,
yang bisa melalui email atau web based ordering, kemudian mengelola transaksi
dan manajemen gudang yang meliputi pengendalian persedian produk dan kegiatan
administrasi gudang secara umum. Komunikasi dengan pelanggan untuk memberikan
informasi status pesanan, dukungan teknis dsb. Kegitan reverse logistics yang
berupa pengembalian produk ke bagian supply chain akibat pengembalian dari
pelanggan.
http://www.scribd.com/doc/25880601/Bab-8-MANAJEMEN-RANTAI-PASOKSUPPLY-CHAIN-MANAGEMENT-SCM
No comments:
Post a Comment